Monday 7 July 2014

makalah sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam

 



SEJARAH PERTUMBUHAN
ILMU PENGETAHUAN ISLAM

Disusun untuk melengkapi
Nilai tugas PAI
Tahun Ajaran 2013/2014










Oleh :
Nikken Kartika Dewi
8G / 22070

SMPN I BOJONEGORO
BOJONEGORO
2014


LEMBAR PENGESAHAN

                          Disusun oleh               : Nikken Kartika dewi
                          No.Induk                      : 22070
                          Kelas                             : VIII-G


                            Telah diperiksa dan siap diajukan untuk melengkapi nilai tugas Pendidikan Agama Islam


Tahun Ajaran 2013/2014

                                                                                                  
                                                                                Bojonegoro, 19 Mei 2014


                                                                                                   Mengetahui,
                                                                                                   Pembimbing
                                                                                           
                                                                                           
                                                                                                      Kudhori SP.d






KATA PENGANTAR
            Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusunan makalah PAI dengan judul “Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Islam” ini dapat selesai pada waktu yang diinginkan.Tujuan Penyusunanmakalah ini adalah sebagai tugas PAI .
Dalam penyusunan Makalah ini banyak sekali hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak , kesulitan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu penyusun menyampaikan ucapan terimakasih  kepada:
1.      Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah KIR saya ini.
2.      Guru pembimbing, yang telah memberikan bimbingan materi kepada kita.

Dan penyusun pada khususnya, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penyusun sampaikan terimakasih.




Bojonegoro, 19 Mei 2014


Penyusun










DAFTAR ISI

KULIT LUAR............................................................................................................................          1
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................          2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................          3
DAFTAR ISI..............................................................................................................................          4

BAB   1     PENDAHULUAN
                  I.            Latar Belakang.................................................................................................          5

BAB  2     PEMBAHASAN
                    I.          Sejarahpertumbuhanilmupengetahuandalamislamsampai
masadaulahabbasiyah..................................................................................          8
                 II.          Periode Kenabian............................................................................................          8
               III.          Periode Kulafaur Rasyidin..........................................................................          12
               IV.          Periode Bani Ummayah...............................................................................          12
                  V.          Periode Bani Abbasiyah...............................................................................          16
               VI.          TokohIlmuwan Muslim Dan  PeranannyaPadaMasaBani
UmayyahSampaiMasaBaniAbbasiyah...................................................          27
             VII.          TokohIlmuwan Muslim Dan  PeranannyaPadaMasaBani
Umayyah............................................................................................................          27
          VIII.          Ilmu Pengetahuan yang berkembang di pada masa Bani
Ummayah..........................................................................................................          28
               IX.          TokohIlmuwan Muslim Dan  PeranannyaPadaMasaBani
Abbasiyah...........................................................................................................          31
                  X.          Ilmu Pengetahuan yang berkembang di pada masa Bani
Abbasiyah...........................................................................................................          35

BAB 3 PENUTUP
        I.            DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................          38






LATAR BELAKANG
«Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Fathir: 28)
            Sayyid Qutub dalam tafsir Fi Zhilal al-Qur’an, juz 6 hal. 149-150, menyebut alam raya ini sebagai al-kitab al-kauny (buku alam). Buku itu dibuat dengan halaman-halaman indah, berwarna warni, dengan isi yang menakjubkan sehingga menarik siapa saja yang membacanya. Buku besar yang berjilid-jilid itu dibuka dengan satu buku petunjuk yang disebut al-Qur’an. Maka sesungguhnya para ulama (ilmuwan) yang mampu membaca, merenung, dan memikirkan kitab itu adalah orang-orang yang takut kepada Allah. Mereka itu mengetahui Allah dengan ma’rifah haqiqiyyah (pengetahuan yang benar), mengetahui pengaruh ciptaan dan kekuasaan-Nya. Mereka merasakan hakikat keagungan-Nya melalui hakikat penciptaan. Maka, mereka benar-benar takut, bertaqwa, dan beribadah kepada-Nya. Ilmu yang mereka dapat adalah ilmu yang menghubungkan antara pikiran (akal), perasaan (hati), dan tindakan (harakah).
Al-Razi menjelaskan dalam Mafatih al-Ghaib, juz 1 hal. 446-447 bahwa, ayat di atas menunjukkan betapa pentingnya peran ilmu dan para ilmuwan adalah manusia yang memiliki derajat tertinggi (QS al-Mujadilah: 11). Alasannya, pertama, Para ilmuwan itu (ulama) adalah ahli surga karena mereka takut kepada Allah (QS al-Bayyinah: 8 dan ar-Rahman: 46). Dalil akal menyebutkan bahwa orang yang mengetahui Allah wajib takut kepada-Nya, karena orang yang tidak mengetahui sesuatu tidak mungkin takut kepadanya. Para ilmuwan takut kepada Allah karena mereka mengetahui kekuasaan-Nya (qudratullah), mengetahui keluasan ilmu-Nya (‘ilmullah), dan mengetahui kebijaksanaan-Nya (hikmatullah). Kedua, Hanya orang-orang berilmu saja yang akan menjadi ahli surga. Karena hanya mereka saja yang takut kepada Allah. Maka ilmu mengantarkan orang untuk mampu mendekat, mencintai, dan takut kepada Allah. Ketiga, Kalaulah ada makhluk yang ditakuti setelah Allah, maka mereka itu adalah para ahli ilmu. Karena mereka adalah orang-orang yang memiliki keistimewaan di atas orang-orang bodoh. Keempat, Kedudukan ilmu sangat tinggi. Maka Nabi Muhammad pun terus disuruh menambah ilmu, sebagaimana dalam firman Allah: Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS Thaha: 144), Begitu pula Nabi Musa terus belajar: “Musa berkata kepada Khidhr: ‘Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?.” (QS al-Kahfi: 66). Begitu pula Nabi Sulaiman lebih berbangga memiliki ilmu daripada kekuasaan. Firman Allah: “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: ‘Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.” (QS al-Naml: 16).
Para ahli ilmu menduduki derajat yang tinggi karena kemampuannya memadukan antara iman dan ilmu. Yang membedakan tinggi rendah martabat seseorang adalah iman dan ilmunya, kata Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, hal. 31. Lanjutnya, seorang yang beriman, akan memancarkan sinar terang, wajah bersinar, dan perilaku terpuji, memiliki moral dan akhlak mulia. Apalagi bila iman itu dilengkapi dengan ilmu, seorang bisa menjadi agung, terhormat, walau tanpa jabatan disandangnya. Iman dan ilmu saling melengkapi. Iman tanpa ilmu bisa menjadikan seorang terperosok pada kesesatan, mengerjakan sesuatu yang disangka menyembah Allah padahal mendurhakai-Nya. Begitu sebaliknya, ilmu tanpa iman akan membahayakan dirinya dan orang lain. Tanpa iman, ilmu dapat merusak, menghancurkan, dan memusnahkan.
Dalam rangka mencapai keagungan dan derajat yang tinggi itu umat Islam dari generasi ke generasi terus belajar mengembangkan ilmu pengetahuan. Penghargaan Islam yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan, menjadikan kaum Muslimin berlomba-lomba membangun peradaban Islam. Karenanya, dalam sejarah dunia, umat Islam pernah mencapai peradaban tertinggi di atas peradaban-peradaban lain. 
Kewajiban menuntut ilmu diungkapkan al-Qur’an dalam sekian banyak ayat dengan redaksi yang berbeda-beda. Jika merujuk akar katanya, `aqala dan tashrifnya disebut sebanyak 49 kali; fakara dan tashrifnya disebut sebanyak 20 kali; faqiha sebanyak 20 kali; ‘alima sebanyak 679 kali; dan qara’a sebanyak 70 kali.  
Khazanah ilmu universal
       Islam memandang bahwa ilmu seluruhnya adalah milik Allah. Ilmu Allah itu sangat luas (QS al-An’am: 59 dan al-Kahfi: 109). Manusia dengan kemampuan akalnya berusaha untuk menggali ilmu Allah. Hanya dengan izin Allah manusia diperkenankan untuk mendapatkan ilmu-Nya (QS al-Baqarah: 255). Maka tujuan mencari ilmu, mestinya diarahkan untuk ma’rifah Allah (mengenal Allah), memahami syariah-Nya, mengemban tugas sebagai hamba dan khalifah di bumi. Mencari ilmu untuk kebahagiaan hakiki yang menyeimbangkan antara jasmani ruhani, spiritual material, dan duniawi ukhrawi dalam ridha Allah. Hasilnya adalah terwujudnya manusia yang beriman kuat, beramal manfaat, dan berakhlak mulia.
Atas dasar itu, dalam sejarah Islam, perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat hingga mencapai kejayaan­nya. Berbagai ilmu digali, diteliti dan diambil dari pelbagai sumber. Sabda Rasulullah SAW: “Hikmah adalah barang yang hilang milik seorang mukmin. Di mana­pun ia menemukannya, maka dialah yang berhak mendapatkannya.” Sebuah makna betapa ilmu itu universal. Tentu saja, seorang penuntut ilmu harus mencari ilmu dari sumber yang otentik otoritatif. Maka sumber ilmu adalah al-khabar al-shadiq (informasi benar), bukan al-khabar al-kazib (informasi bohong), dengan akurasi riwayat dan sanad.
Al-Quran menyebut orang yang menguasai ilmu sebagai al-`ulama. Sebutan lain yang mirip adalah ulul albab (pemilik akal pikiran). Sayyid Quthb menggambarkan mereka sebagai orang-orang yang selalu tafakkur (me­mikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi, tadabbur(merenungkan) silih bergantinya siang dan malam, belajar dari kitab al-kaun al-maftuh (buku alam terbuka). Fitrah mereka menyambut kebenaran yang terkandung di dalamnya, selalu tawajjuh (menghadap) kepada Allah dengan shalat yang khusyu. Lebih dari itu, mereka melahirkan karya yang bermanfaat sebagai hasil proses belajar.  
Klasifikasi ilmu
            Bila dalam sejarah Islam ilmu berkembang begitu maju dan pesat, hal itu tidak lain karena dikembangkan oleh para ulama seperti di atas. Maka, kemudian ilmu pun berkembang dengan kategorisasi tertentu, yaitu ilmu keislaman, ilmu pengetahuan alam, dan filsafat dan humaniora.
Ilmu-ilmu keislaman berkembang pesat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam memahami petunjuk agama yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadis. Karenanya, berkembanglah ilmu yang berhubungan dengan al-Quran dan al-Hadis seperti tafsir, fikih, kalam, tasawuf, dan tarikh. Di samping itu, berkembang pula ilmu-ilmu bantu serta metodologi yang sistematis dalam kajian ilmu-ilmu tersebut seperti `Ulumul Qur’an, `Ulumul Hadits, Ushul Fikih, dan lain sebagainya.
Ilmu pengetahuan alam atau eksakta mengalami perkembangan yang spektakuler dengan ditemukannya dasar-dasar eksakta bagi peneliti berikutnya. Bahkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat tidak lepas dari peran para saintis Muslim di masa klasik. Di antara disiplin ilmu eksakta yang menonjol dikembangkan saintis Muslim waktu itu adalah astronomi, fisika, kimia, kedokteran, biologi, matematika, dan aljabar.
Masuknya filsafat Yunani ke dunia Islam tidak lepas dari kebutuhan para ilmuan Muslim terhadap ilmu-ilmu eksakta. Bagi mereka filsafat Yunani dengan alat-alatnya seperti dialektika, silogisme, logika, dan sebagainya, sangat membantu memecahkan persoalan teoritis ilmu pengetahuan. Melalui penerjemahan karya-karya Aristoteles, Plato, dan lain-lain, pemikiran filsafat kemudian dipahami dan  dikembangkan sehingga muncul corak baru dengan ciri khas tersendiri sebagai filsafat Islam.
Kemajuan di bidang humaniora terlihat dari kemajuan bidang sastra, baik sastra Arab maupun Parsi. Kesusastraan Arab tidak dapat dilepaskan dari Islam. Sejak sebelum Islam, tradisi intelektual Arab dapat dilihat dari karya-karya sastranya. Tingginya nilai sastra dalam al-Qur’an membuat mempelajari kesusastraan Arab semakin tinggi dalam rangka mengkaji al-Qur’an.
Ketiga kategori ilmu pengetahuan di atas, pada masa kejayaan Islam tidak pernah dikotak-kotakkan menjadi bidang yang terpisah. Semua menjadi satu kesatuan penting, tidak ada anggapan sebagiannya berguna dan sebagian lain tidak berguna. Perhatian para ulama terhadap ilmu-ilmu alam, filsafat, eksakta, dan humaniora sama besarnya dengan perhatian mereka terhadap ilmu-ilmu keislaman. Namun ilmu dan peradaban Islam menjadi redup sejalan dengan pola pikir yang berubah, di mana ilmu-ilmu keislaman dijadikan sebagai paling dominan, sementara ilmu-ilmu lain menjadi ilmu pinggiran. Alhasil terjadilah dikotomi dan dualisme ilmu pengetahuan yang menelantarkan ilmu-ilmu alam dan humaniora. Wallahu A’lam bish-shawab
PEMBAHASAN
SEJARAH DAKWAH ISLAM
Sejak Nabi Muhammad saw. diutus sebagai nabi dan rasul Allah untuk menyampaikan risalah Islam kepada umat manusia di muka bumi, dakwah Islam mulai disebarkan dan dikobarkan tanpa mengenal lelah dan putus asa. Nilai-nilai ajaran Islam mulai diajarkan dan ditanamkan kepada kaum muslimin, baik nilai ubudiyah, muamalah, maupun nilai ilmiah. Hal ini menumbuhkan semangat dalam mengamalkan ajaran Islam, baik dalam bentuk ibadah (ubudiyah), tata pergaulan dengan sesama (muamalah), maupun semangat dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan ilmiah. Dari masa ke masa, sejak masa Rasulullah, Khulafaur rasyidin, bani Umayyah, bani Abbasiyah, hingga sekarang, semangat keilmuan kaum muslimin itu terus terpelihara dan semakin berkembang pesat. Berikut uraiannya.

A.   SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM SAMPAI MASA DAULAH ABBASIYAH
Kaum muslimin diperintahkan untuk mencari, mengkaji, dan mengembangkan ilmu pengetahuan menggunakan akal pikirannya. Atas dasar itu, umat Islam melakukan berbagai pengkajian dan penelitian terhadap berbagai ilmu, baik ilmu keagamaan maupun ilmu alam. Sejarah umat manusia mencatat bahwa umat Islam telah berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di masanya.
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam terbagi pada empat periode, yaitu sebagai berikut.
1.        Periode Kenabian
Rasul adalah orang yang pertama memenuhi ajaran Al-Qur’an. Beliau sangat intens dalam berdakwah dengan dua aspek yaitu Agama dan pengetahuan. Rasul terus menyerukan umat Islam agar terus belajar membaca dan menulis, umat Islam menyambut seruan Allah dan Hadist nabi tentang ilmu. Mereka belajar membaca dan menulis agar dapat menyebarluaskan agamanya.
            Pembentukan Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak itu disajikan oleh Rosulullah sebagai Mahaguru pendidik yang agung secara berangsur –angsur bersamaan dengan berangsur –angsurnya Al-Qur’an diturunkan kepada beliau. Pendidikan inipun diberikan dalam masa dua periode yaitu periode sebelum Hijrah yang berpusat di Mekkah. Dan periode sesudah Hijrah berpusat di Madinah.
            Pada periode Mekkah Rasulullah mengutamakan pendidikan Aqidah dan Akhlak dan sedikit mengenai syariah. Tetapi pada periode Madinah selain pemantapan aqidah dan akhlak maka pembinaan syariah benar-benar diutamakan hingga pada suatu masa yaitu disempurnakannya didikan Islam dengan turunnya wahyu terakhir kepada beliau.
Kemudian sebelum beliau melaksanakan pendidikan secara terang – terangan kepada masyarakat luas setelah menerima wahyu, beliau membentuk kelompok yang berbentuk “ model pengajian “. Mula – mula hal ini dilakukan pada tempat di suatu bukit di luar kota Makkah tetapi kemudian berpindah ke rumah seorang pemuda bernama Al Arqam bin Abu Arqam yang berlangsung selama lebih kurang empat tahun. Pengikut pengajian itu berjumlah 40 orang, sebagian besar yang mengikuti adalah para pemuda.
            Adapun lembaga pendidikan yang terkenal pada masa Rasulullah adalah Mesjid. Sudah menjadi tradisi Rasulullah bahwa beliau duduk di mesjid Nabawi di Madinah guna memberikan pelajaran kepada para sahabat mengenai masalah – masalah keagamaan dan masalah – masalah duniawi.
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan Islam telah terjadi sejak zaman Rasulullah mulai mendakwahkan Islam. Wahyu pertamanya, ialah surah al-`Alaq ayat 1-5 yang mengandung nilai-nilai spirit ilmu pengetahuan. Di dalam wahyu tersebut terdapat perintah untuk membaca. Allah Swt. pun menegaskan bahwa hakikat ilmu datangnya dari Allah dan awalnya manusia tidak mengetahui apa-apa. Kata Iqra' pada ayat ke-1 surah al-`Alaq memiliki makna yang beragam, seperti membaca, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan sebagainya. Semua itu terangkum dalam kata membaca, baik teks yang tersurat seperti Al-Qur'an dan al-hadis maupun teks yang tersirat seperti alam semesta.
Pada masa Rasulullah saw., ilmu pengetahuan yang lebih banyak berkembang adalah ilmu-ilmu pokok tentang agama (usuluddin) dan ilmu akhlak (moral). Meskipun tidak sepesat ilmu agama dan akhlak, bidang ilmu-ilmu lainnya tetap berkembang. Pada zaman Rasulullah saw. proses pengkajian ilmu yang lebih sistematis mulai dilakukan, diantaranya dasar-­dasar ilmu tafsir yang dikembangkan oleh para sahabat Rasulullah saw.
Di antara para ahli tafsir pada masa kenabian, yaitu para khalifah yang empat. Mereka adalah Abu Bakar As-Siddig, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Talib. Selain itu banyak juga para sahabat lain selain para khalifah, seperti Ibnu Mas`ud, Ibnu Abbas, Ubay Ibnu Ka'ab, Zaid bin Sabit, Abu Musa Asy`ari, dan Abdullah bin Zubair. Dari kalangan khalifah, yang paling banyak dikenal riwayatnya tentang tafsir adalah Ali bin Abi Talib, karena mungkin dialah yang paling banyak menimba ilmu dari Rasulullah saw.
Ilmuwan lain di bidang tafsir yang terkemuka pada waktu itu adalah Abdullah bin Abbas, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Abbas. Ibnu Abbas adalah anak paman Rasulullah saw., Abbas bin Abdullah bin Abdul Mutalib, sekaligus ia juga murid dari Rasulullah sendiri. Ibnu Abbas dikenal sebagai ahli tata bahasa Arab dan penerjemah Al-Qur'an.
Selain Ibnu Abbas, sahabat nabi yang termasuk ahli tafsir ialah Abdullah bin Mas`ud. Ia lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Mas` ud. Ibnu Mas'ud adalah salah seorang sahabat pertama yang paling muda usianya ketika masuk Islam, yakni pada usia 6 tahun.
Selain ilmu tafsir, ilmu pengetahuan keagamaan lain yang juga tumbuh dan berkembang pada masa Rasulullah saw. adalah ilmu tasawuf. Di bidang tasawuf terdapat para ahli dan ulama yang telah berjasa mengembangkan dan menggalinya serta melestarikannya sampai masa sekarang. Pada masa kenabian, terdapat banyak kaum sufi yang tekun mengembangkan ilmu tasawuf. Kaum sufi yaitu kaum yang menyebarkan ajaran Islam ke berbagai belahan dunia. Pada zaman Rasulullah saw., mereka mempelajari Al-Qur'an secara langsung kepada Rasulullah saw. dan menyediakan dirinya semata­mata untuk Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Pada masa Rasulullah saw. juga terdapat banyak aktivitas keilmuan, baik yang dilakukan oleh Rasulullah saw. sendiri, yang dilakukan bersama para sahabatnya, maupun yang dilakukan oleh para sahabat beliau secara mandiri. Di antara aktivitas keilmuan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat pada waktu itu adalah sebagai berikut.
a.         Pengumpulan dan penulisan AI-Qur'an
Pada masa Rasulullah saw., Al-Qur'an belum tersusun dan tertata mengingat proses turunnya wahyu masih berlangsung. Namun pada masa itu, Rasulullah saw. telah memerintahkan para sahabatnya agar menyusun, menata, dan menyimpan ayat-ayat Al-Qur'an yang telah diturunkan Allah Swt. kepada-Nya. Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Rasulullah saw. ditempuh dengan dua cara, sebagai berikut.
Pertama: Al-Jam`u fis Sudur; maksudnya, para sahabat langsung menghafalnya di luar kepala setiap kali Rasulullah saw. menerima wahyu dan menyampaikannya kepada mereka.
Kedua: Al-Jam`u fis Sutur; maksudnya, para sahabat diminta menuliskan kembali ayat-ayat Al-Qur'an setelah dibacakan oleh Rasulullah. Biasanya sahabat menuliskan Al-Qur'an pada Ar-Riqa' (kulit binatang), Al-Likhaf (lempengan bate), Al-A ktaf(tulang binatang), atau Al-' Usbu ( pelepah kurma). Jumlah sahabat yang menulis Al-Qur'an pada waktu itu mencapai 40 orang.
b.         Pengumpulan dan penulisan al-hadis
Pada mulanya Rasulullah saw. melarang para sahabat mengumpulkan dan menuliskan hadis-hadis dari beliau, dengan alasan sebagai berikut.
1)      Nabi sendiri pernah melarangnya, kecuali bagi sahabat-sahabat tertentu yang diizinkan oleh beliau sebagai catatan pribadi.
2)      Rasulullah masih berada di tengah-tengah umat Islam sehingga dirasa tidak perlu untuk dituliskan pada waktu itu.
3)      Kemampuan baca tulis di kalangan para sahabat masih sangat terbatas, sedikit sekali para sahabat Rasulullah saw. pada masa itu yang bisa baca tulis.
4)      Umat Islam sedang dikonsentrasikan kepada Al-Qur'an, sebagai satu-satunya sumber hukum dan aturan dari Allah Swt.
5)      Kesibukan-kesibukan umat Islam yang luar biasa dalam menghadapi perjuangan dakwah yang sangat penting, terutama berjuang bagi perluasan dakwah Islam.
Akan tetapi pada perkembangannya, atas penjelasan dan argumen para sahabat, Rasulullah saw. akhirnya mengizinkan para sahabatnya yang tergolong sebagai pencatat wahyu untuk mencatat dan menyimpan hadis-hadis beliau sepanjang ada jaminan tidak akan keliru dari penulisan Al-Qur'an.
Di samping ilmu-ilmu keagamaan, pada masa Rasulullah saw. juga telah berkembang ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu perekonomian Islam, ilmu politik Islam, dan sebagainya. Bahkan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi pada masa Rasulullah saw. terus berkembang sampai sekarang. Banyak teori tentang ilmu pengetahuan yang sudah ada sejak masa Rasulullah saw. digunakan pada zaman modern seperti sekarang. Di antaranya, teori invisible hands yang berasal dari Nabi Muhammad saw. dan sangat populer di kalangan ulama Islam. Teori ini berasal dari hadis Nabi Muhammad saw. sebagaimana disampaikan oleh Anas bin Malik sehubungan dengan adanya kenaikan harga-harga barang di Kota Madinah. Hadis tersebut diriwayatkan sebagai berikut.
“Harga-harga melambung pada masa Rasulullah saw. Orang-orang ketika itu mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “Ya Rasulullah hendaklah engkau menentukan harga”. Rasulullah saw. berkata: “Sesungguhnya Allah-lah yang menetukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta.“
Ucapan Nabi Muhammad saw. itu mengandung pengertian bahwa harga pasar itu sesuai dengan kehendak Allah yang dapat terjadi secara alamiah (sunnatullah), yang tidak bisa dibantah atau dikendalikan oleh siapa pun.

2.PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN
            Sepeninggal rasullulah saw.,dunia islam di pimpin oleh para khalifah rasullulah saw.yang di kenal dengan Khulafaur Rasyidin(para khalifah yang mendapat petunjuk).Mereka itu adalah Abu Bakar as-Siddiq,Umar bin khatab,Usman bi Affan,dan Ali bin Abi Talib.Di bawah kepemimpinan mereka,Islam semakin maju dan ilmu pengetahuan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup pesat.Banyak ilmu pengetahuan yang tumbuh dan berkembang pada masa itu,baik itu ilmu-ilmu keagamaan maupun ilmu-ilmu pengetahuan lainnya,sepeti ilmu administrasi Negara dan ilmu pemerintahan islam.
            Atas dasar pengkajian dan pemahaman ilmu pengetahuan di bidang pemerintahan dan administrasi Negara,maka pada masa Khulafaur Rasyidin di bentuk sejumlah departemen untuk mengurus kebutuhan Negara islam,Negara(Nizam al-idary),departemen ekonomi dan keuangan(nizam al-Maly),departemen angkatan perang (nizam al-Harby),serta departemen urusan peradilan dan kekuasaan kehakiman (Nizam al-Qada).
            Ilmu pengetahuan di bidang keagamaan juga tetap tumbuh dan berkembang secara pesat,bahkan melebihi kepesatan ilmu pengetahuan umum.Pada masa itu telah berkembang ilmu tafsire AL-Qur’an,ilmu qiraat AL-Qur’an,ilmu hadist,nahwu,dan sebagainya.Atas dasar spirit islam yang terkandung dalam AL-Qur’an dan al-hadist,kaum muslimin terus mengkaji dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, baik  pengetahuan agama maupun umum,sehingga karya-karyamereka masih dapat kita temukan dan pelajari sampai saat ini.


3.PERIODE BANI UMAYYAH
            Pertumbuhan dan perkembangan ilmu penetahuan islam pada masa ini berjalan di zaman pemulaan islam,hanya ada sedikit peningkatn sesuai dengan perkembangan Daulah Islamiyah sendiri.Sebagai mana telah telah diketahui bersama bahwa pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan islam di bagi dalam empat periode.Adapun untuk [ertumbuhan ilmu pengetahuan islam masa bani Umayyah masuk dalam kategori periode ketiga,yaitu periode pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan islam yang berlangsung setelah mas kenabian dan masa Khalufaur Rasyidin.Kedua masa itu termasuk masa-masa awal,sehingga hanya ada sedikit kemajuan seperti yang di terangkan di atas.Kemajuan kecil ini hanya di wanai dengan berkembangnya ilmu-ilmu keagamaan dan kecil ilmu-I;mu pengetahuan umum.
            Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan pada masa ini,salah satunya adalah factor pemerintahan bani Umayyah yang leih suka pada membangun kekuatan pemeintahan atau politik yang cenderung otoriter.Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan islam pada masa bani Umayyah secara detail,simaklah pembahasan berikut  ini.
            Pada masa bani Umayyah ada tiga aktivitas keilmuan yang berkembang dengan sendirinya,yaitu aktivitas pengembangan ilmu-ilmu agama,karena di dorong semangat agama yang sangat kuat ;aktivitas pembangunan filsafat,karena ahli agama I akhir bani Umayyaj memperguakan filsafat untuk melawan Yahudi dan Nasrani;aktivitas pengembangan ilmu sejarah,karena ilmu-ilmu agama memerlukan riwayat atau asal usul suatu masalah keilmuan.
a.Aktivitas pengembangan ilmu-ilmu agama
     Aktivitas pengembangan ilmu pengetahuan di bidang agama dapat didentifikasi menjadi dua bagian,sebagai berikut.
 1)kelembagaan sebagai pusat aktivitas keilmuan islam.
     Pada masa itu,masjid-masjid menjadi semacam lembaga sebagai pusat kehidupan dan kegiatan ilmu pengetahuan,terutama ilmu-ilmu agama islam.Seorang ustazduduk di dalam masjid dan para murid duduk di sekelilingnya membentuk haqalah(lingkaran) untuk mendengarkan pelajaran yang di sampaikan oleh ustaz.kadang dalam satu masjid terdapat beberapa haqalah ustaz dan pelajaran yang berbesa-beda.Kadang pula ustaz menggunakan rumahnya untuk mengajar.Pada zaman ini belum ada sekolah atau gedung khusus sebagai tempat belajar.Beberapa ustaz pada masa ini adalah Abdullah bin Abbas,Hassan basri,ja’far as-Sidiq,dan dan lain-lain.Kota-kota yang menjadi pusat kegiatan pendidikan ini masih seperti zaman Khulafaur Rasyidin,yaitu Damaskus,Kufah,Basrah,Mesir,dan beberapa pusat pendidikan baru seperti Kordoba,Granada,Kairawan,dan lain-lain.
2)materi kajian ilmu pengetahuan
     Materi kajian ilmu-ilmu agama yang berkembang pada masa ini dapat dimasukkan ke dalam kelompok  Al-Qur’an al-islamiyah (ilmu-ilmu islam),yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an,al-hadist,fikih,tarikh,ulumul lisaniyah,dan jughrofi.Ilmu-ilmu islam itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian,yaitu :
a)      Al-Ulum  asy Syar’iyah,yaitu ilmu-ilmu agama islam;
b)      Al-Ulum al-Lisaniyah,yaitu ilmu-ilmu untuk memastikan bacaan Al-Qur;an,menafsirkan dan memahami Hadist;
c)      At-Tarikh wal jugrafi,yaitu ilmu sejarah dan geografi.
b. Perkembangan ilmu-ilmu keislaman (Ulum al-islamiyah)
      Ilmu-ilmu keislaman yang tumbuh dan berkembang pada masa itu,antar lain sebagai berikut.
1)      Ilmu qiraat; yaitu ilmu cara membaca  Al-Qu’an.Orang yang pandai membaca Al-Qur’an disebut Qurra.Pada masa ini pula lahir ilmu qira’at sab’ah (tujuh macam bacaan Al-Qur’an) yang kemudian di tetapkan menjadi dasar bacaan (Usulul Lil Qira’ah).pelopor bacaan ini  terdiri atas kaum Malawy, antara lain Abdullah bin Kasir,Asim bin Abu Nujud,Abdullah bin Amir,Ali bin Hamzah,dan lain-lain.
2)      Ilmu tafsir; ilmu yang berusaha memberikan  penafsiranterhadap ayat-ayat Al-Qur’an dengan tujuan untuk menghasilkan  hokum dan undang-undang.Ahli tafsir yang pertama dikenal pada mas ini ialah Ibnu Abbas,seorang sahabat terkenal yang eafat pada tahun 68 H.Menurut riwayat yang mutawati,beliau adalah orang yang pertama menafsirkan Al-Qur’an dengan cara riwayat dan isnad.Ahli tafsir lainnya  adalah Mujahib yang wafat pada tahun 109H dan seorang ulama Syi’ah bernama Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Husain,cucu Sayyaidina Ali bin Abi Talib.                                                      
3)      Ilmu hadis; untuk membantu di dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an.karena terdapat banyak hadis maka timbulah usaha untuk mencari riwayat dan sanad hadis yang akhirnya mejadi ilmu hadis dengan segala cabang-cabangnya.
Para ahli hadis yang terkenal pada masa ini antara lain:
a)      Abu Bakar bin Muhammad bin Ubaidillah bin Zihad Az-Zuhri (w.123 H).
Ibnu Abi Malikiah,yaitu Abdullah bin Abi Malikiah (w.119 H)
Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz,barulah hadis dibukukan secara sistematis. Usaha itu dirintis oleh Ibnu Zihab Az-Zuhri yang kemudian disusul oleh sejumlah ulama lain.
4)      Ilmu nahwu; yaitu ilmu tentang perubahan bunyi pada kata-kata yang terdapat di dalam Al-Qur’an.Pengarang ilmu nahwu yang pertama dan  membukukan berbagai teorinya sehingga terkenal sampai saat ini ialah Abu Aswad Ad-Dualy (w.69 H). Beliau belajar dari Ali bin Abi Talib sehingga ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Talib adalah Bapak  Ilmu Nahwu.
5)      Ilmu jugrafi; tentang ilmu jugrafi, sekalipun bukan berasal dari bangsa Arab,namun kaum muslimin menggap ilmu ini mempunyai peran sangat penting bagi kelangsungan ajaran Islam .Oleh sebab itu,mereka menggap ilmu ini perlu dikaji dan dipelajari oleh umat islam,dengan tiga alas an,yaitu :
a)      Dalam rukun islam terdapat perintah menunaikan ibadah haji.Untuk menunaikan rukun islam yang kelima itu (haji), kaum muslimin di seluruh penjuru dunia harus mengetahui ilmu bumi dan ilmu geografi.
b)      Kewajiban menuntut ilmu  bagi kaum muslimin mengharuskan mereka melakukan Rihlah Ilmiyah (perjalanan mencari ilmu ke berbagai Negara dan benua) untuk menuntut Ilmu ,hal mana mengharuskan kaum muslimin mengetahui ilmu bumi atau geografi.
c)      Keharusan berdakwah dan berjihad untuk mengembangkan Islam,juga mengharuskan kaum muslimin menetahui ilmu bumi.
C. perkembangan ilmu-ilmu kealaman (ulum at-tabi’iyah)
            Ilmu-ilmu pengetahuan yang tergolong pada ilmu-ilmu kealaman banyak disalin dari bahasa asing ke dalam bahasa arab dan disempurnakan untuk kepentingan keilmuan umat islam. Ilmu-lmu itu juga mengalami perkmbangan yang bagus, meskipun tak sebagus pekembangan ilmu keislaman. Ilmu-ilmu alam yang tumbuh dan berkembang pada masa bani umayyah anatara lain :

1) Ilmu kimia
            Khalifah yazid bin mua’wiyah membuat program gerakan penerjemeh buku-buku asing ke dalam bahasa arab. Khlifah mendatangkan beberapa orang romawi yang bermukin di mesir, di antranya maryanis seorang pendeta yag mengajarkan ilmu kimia. Penerjemah ke dalam buku arab dilakukan oleh isthafun

2) Ilmu astronomi
            Ilmu anstromi mengalami perkembanagan cukup pesat pada masa itu. Mungkin karena ilmu ini sangat diperlukan untuk kepetingan berperang dalam rangka perluasan wilayah dakwah islam. Pangliama perang pada masa dinasti umayyah yang menggemari ilmu bintang  adalah khlid bin walid.beliau sangangat menggemari ilmu ini sehingga dikeluarjan sejumlah uang untuk mempeljari dan mebeli alat-alatnya. Kegemarannnya terhadap anstronom, membuatnya slal dekatdengan para ahli ilmu bintang setiap kali hendak terjun ke medan perang.

3) Ilmu ke dokteran
            Penduduk dimaskus pada waktu itu telah cukup mapu dalam mmbaca baca dan tulis, bahakan tak sedikit yang menguasi bahasa asing. Mereka telah banyak menyalin dan menerjemahakan bahasa arab seperti ilmu-ilmu ke dokteran. Salah satu karyanya adalah karangan Qis Ahrum dalam bahasa suryani yang disalin ke bahasa arab oleh Masjuwaihi. Dengan  sendirinya, ilmu ke dokteran dapat berkembang dengan baik pada masa itu.

4) Filsafat islam
            Filsafat sebenarnya baru tumbuh setelah gerak filsafat mucul di akhir masa bani umayyah untuk melawan pemikiran yahudi dan nasrani yang selalu menyerang dan mendiskreditkan ajaran islam. Pemikiran teologis dari agama Kristen sudah berkembang lebih dulu sebelum datangnya islam dan masuk ke lingkungan islam secara sengaja untuk merusak akidah islam. Karena ituh timbul kenginn kaum muslimin untuk mengali pemikiran tuk merusak akidah islam. Karena ituh timbul kenginn kaum muslimin untuk mengali pemikiran yang bersiafat teologis, sehingga dapat menolak ajran-ajaran teologis dari agama Kristen. Ilmu ini kemudian disebut ilmu kalam. Ilmu kalam dalam perkembangannya menjadi ilmu khusus yang membahas tentang berbagai macam pola pemkiran yang berbeda dari ajran islam sendiri. Hal ini didukung oleh banyaknya ayat dalam AL-QUR’AN yang memerintahkan untuk membaca, berpikir dan mengunakan akal ke semuanya mendorong umat islam, terutama para ahlinya untuk berpikr mengenai mengenai segala sesuatu guna mendapatkan kebenaran dan kebijaksanaan . dalam perkembangan selanjutnya, ilmu kalam berkembang menjadi filsafat islam.

5) Ilmu sejarah
            Pada masa bani umayyah, penkajian ilmu sejarah manghasilkan tarikh yang terbagi dalam 2 kategori:

a)      ilmu tarikh islam yaitu sejarah kaum muslimin  dengan segala perjuangan serta riwayat hidup pemipin-pemipin mereka. Sumber tarikh dalam bidang ini adalah amal perbuatan mereka sendiri.
b)      Tarikh umum yaitu sejarah bangsa-bangsa lain yang dipelajari dan di salin dengan sunguh-sunguh sejak masa bani umayyah. Hal ini karea khalifah mereka termasuk orang-orang yang palng gemar untuk mengetahui orang-orang ternama dari sejarah bangsa-bangsa lain. Namun demikian ilmu pada masa umayyah baru dalam tahap awal pertumbuhan. Ilmu sejarah mulai berkembang pesat pada masa abbasiyah.  

4) PERIODE BANI ABBASIYAH
A. Penjelasan Awal
            Periode ini diakui dunia islam sebagi masa kajayaan ilmu pengetahuan  dan peradabaan dalam islam . masa pemerintahaan bani abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalam berbagai bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa ini umat islam telah banyak melakukan kajian kritis tentag tentang berbagai ilmu pengetahuan, sehinga ilmu pengetahuan, baik aqli(rasional) maupun naqli(tekstual), mengalami kemajuan secara gemilang. Pada masa dinasti ini, proses transformasi ilmu pengetahuan dilalakukan dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti bangsa yunani, romawi, hindu,Persia serta berbagai naskah yang ada di kawasan timmur tengah, afrika, Mesopotamia, dan mesir. 
            Meskipun pada waktu itu pusat-pusat tudi ke ilmuan belum memiliki fasilitas yang memadai seperti saat ini, namun aktivitas ke ilmuan tetap berjalan dan berkembang dengan penuh semangat. Pada masa ini, pusat-pusat kajian ilmiah betempat di masjid-masjid, misalnya masjid Basrah. Di masjid ini terdapat kelompok studi yang disebut Halaqat al jadl, Halaqat al fiqh, Halqat al-tafsir wal hadist dan lain-lain. Banyak orang dari berbagai suku bangsa yang datag ke tempat studi ilmu pengetahuan itu. Dengan demikian berkembanglah kebudayaan dan ilmu pengetahuan dalam islam.
            Di awal berdirinya pemerntahan bani absiyyah, belum mengenal lemaga pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Mereka masih mengikuti tradisi  keilmuan para pendahulu mereka, dinasti Umayyah. Baru pada khalifah Harum Ar-Rasyid, didirikan lembaga pendidikan formal seperti darul hikmah, yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Al-makmuh. Dari lembaga inilah banyak lahir para sarjana  dan para ahl ilmu pengetahuan yang membawa kejayaan  dinasti Abbasiyah dan umat islam pada umumnya.
B.       Kelahiran Daulah Abbasiyah
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.

C.      Sistem Politik, Pemerintahan dan Sosial
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap Bani Umayyah di dalam masalah sosial dan politik diskriminastif. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu
a.         Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari kaum mawalli.
b.        Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
c.         Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan sesuatu yang harus dikembangkan.
d.        Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.


2.      Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok, yaitu:
a.         Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat yang sama dalam kedudukan sosial
b.        Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c.         Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran
d.        terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .


D.      Kejayaan Daulah Abbasiyah
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam

1.        Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa, Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun Ar-Rasyid diganti nama menjadi Khizanah al-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa Al-Ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.

2.        Dalam bidang filasafat
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan juga teologia. Beberapa tokoh yang lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina dan juga Al-Ghazali yang kita kenal dengan julukan Hujjatul Islam.

3.         Perkembangan Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.

4.        Dalam bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bir Ra’i dan Tafsir bil Ma’tsur. Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.

E.       Runtuhnya Daulah Abbasiyah
Tak ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah ang sangat pas untuk dijadikan cermin atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang kesuksesan dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku dan akhirnya runtuh. Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu:

1.        Faktor Internal
Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan - Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
 Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

2.        Faktor Eksternal
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.

F.       Kesimpulan

Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas dari keamburadulan Dinasti sebelumny, dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.
Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya perpustakaan dan akademi.
Pada beberapa dekade terakhir, daulah Abbasiyah mulai mengalami kemunduran, terutama dalam bidang politiknya, dan akhirnya membawanya pada perpecahan yang menjadi akhir sejarah daulah abbasiyah.

Imu pengetahuan yang tumbuh dan berkembang pada masa dinasti Abbasiyah dapat diidefikasi pada dua ketegori, sebagai berikut ini.
  1. Ilmu pengetahuan
1)      Ilmu tafsir
Ilmu tafsir pada masa bani abbsiyah berkuasa, mengalami kemajuan pesat. Tafsir pada zaman ini terdiri atas Tafsir bil ma’sur yaitu Al-Quran yang di tafsirkan bil ra’yi, yaitu penafsiran Al-Qur’an dengan mengunakan akal pikiran manusia. Para ahli tafsir bil masur yang terkenal pada masa ituh , antara lain ibnu jarir al-thabry, ibnu Athiyah Al-Andalusy dan As Sundai yang mendasrakan tafsirannya kepada ibnu Abba dan mas’ud; Musqatil bin Suaiman yang tafsrannya ter pengaruh oleh kitab taurat; dan Muhamad bin Ishak yang dalam tafsiranya banyak mengutip cerita israiliyat. Para ahli bil Ra’yi yang terkenal pada masa ituh , anatara lain Abu Bakar Asam, Abu Muslim Muhamd Bin Bahr Isfahany, Ibnu Jarul Al-Asady, Abu Yunus Abdussalam.
2)      Ilmu hadis
Hadist merupakan sumber hokum sumber islam ke dua setelah Al-Qur’an. Pada masa      pemerintahan dinasti abbasiyah, ilmu hadis berkembag dengan pesat. Pada masa banyak lahir para ahli hadis terkemuka
a)      Imam bukhari, atau  Abu Abdullah muhamad bin abli hasan al-bukhari. Iman yang lahir di Bukhara pada tahun 194H dan wafat pada tahun 256 di Bagdad ini, banyak melahirkan di bidang ilmu hadis. Di anatara karaya monumental adalah shih bukhary.
b)      Iman muslim , atau imam abu muslim bin al-hajjaj al-qushairy al-naisjabury.imam yang wafat pada 261H di nisyabury ini, mempunyai adil dan besar bagi perkembangan ilmu hadis. Karaya yang tekenal adalah shahih muslim.  
3)      Imu kalam
Sebab-sebab tumbuh dan berkembangnya ilmu kalam di kalanga umat islam sebagaimana telah  di jelaskan di atas, yaitu karena musuh islam ingin melumpuhkan islam dengan mempergunakab filsafat dan hampir semua masala, termasuk masalah agama telah berkisar pada pola rasa, akal, dan ilmu. Sebab itu para ulama islam tentang untk menggal ilmu kalam agar dapat menadingi filsafat bangsa lain. Di antara pelopor dan ahli ilmu kalam adalah wasil bin atha. Abu huzail al-allaf, ad-dhaham, abdul hasan, al-asy’ary, dan imam ghazali.
4)      Ilmu tasawuf
Ilmu tawuf ilmu syariat. Inti ajran adalh tekun beridah dengnan menyarahan diri sepenuhnya kepada allah, meninggalkan atau  menjauhkan diri dari kesenangan dan rahasia dunia, serta bersembunyi diri untuk beribadah. ilmu ini mengalami kemajuaanya pada saat-saat akhir pemerintahan Abbasiyah. Meskipun jauh sebelumnya, yakini pada Rasulullah SAW, khulafaur rasyidin dan bani Umayyah, ilmun ini telah ada, tapi belum mengalami kemajuan seperti pada masa abbasiyah
5)      Ilmu bahasa
Yang dimaksud ilmu bahasa adalah ilmu nahwu, saraf, bayan ,badi, arud,  dan lain-lain. Ilmu bahasa pada masa dinasti abbasiyah berkembang dengan pesat karna bahasa arab yang semakin berkembag memerlukan  ilmu bahasa yang menyeluruh. Kota basarah dan kufah merupakan pusat pertumbuhaan dan kegiatan ilmu bahasa(ilmu lugah).
6)      Ilmu fikih
Ilmu fikih dan usul fikih juga mengalami puncak perkmbangan pada masa ini. Banyak para fuqaha yang terkenal dan karaya-karaya mereka masih banyak kita nikamati sampai saat ini. Diantara para tokoh yang berjasa dalam mengembangan ilmu fikih , yaitu imam Abu hanifah dengan karaya fiqhu Akbar, Al-Alim wal Mutaan dan lain-lain; imam malik dengan karyanya dengan karyanya yang terkenal adalah yakni kitab Al-Muwatha; imam syaf’I dengan karyanya yang terkenal adalah yakni  al um dan usul fkih  imam ahmad bin hanbal dengan karya yang terkenal yaitu  musnad, yang memuat 2.800 sampai 2.900 hadist nabi .  
b.  ilmu-ilmu kealaman
            Di samping perkembangan ilmu-ilmu keagamaan yang tadi dijelaskan, ikut berkembang pula ilmu-ilmu alam, seperti ilmu kedokteran, sosial, perekonomian, pertanian, perindustrian, perdagangan, dan lain-lain.
1  Ilmu kedokteran
            Ilmu ini mulai berkembang dengan pesat pada masa akhir dinasti Abbasiyah I dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah II, III, IV. Dinasti Abbasiyah telah melahirkan banyak dokter kenamaan. Banyak dokter asing yang dipakai untuk praktik dan menjadi guru. Banyak pula rumah sakit besar dan sekolah tinggi kedokteran yang didirikan. Di antara para dokter yang berjasa dalam mengembangkan ilmu kedokteran, yaitu Abu Zakaria Yuhana bin Masiwaih, seorang ahli farmasi di rumah sakit Yundishapur; Sabur bin Sahal, direktur rumah sakit Yundishapur; Abu Zakaria Al-Razy, kepala para dokter rumah sakit Bagdad; Ibnu Sina, karyanya yang terkenal adalah al Qanun fi al Thib.

2  Ilmu sosial
            Ilmu sosial pada masa pemerintahan bani Abbasiyah mengalami kemajuan sangat pesat. Akibatnya, kehidupan sosial pada masa itu dibagi ke dalam dua kelas, yaitu;
a.       Kelas khusus, terdiri atas khalifah dan ahli famili khalifah, yaitu bani Hasyim; para pembesar negara (seperti menteri, gubernur, panglima, dan para pejabat); para bangsawan yang bukan bani Hasyim (seperti kaum Quraisy pada umumnya); para petuga khusus; anggota tentara; dan pembantu-pembantu istana.
b.      Kelas umum, terdiri atas para seniman, ulama, fuqaha, pujangga, saudagar dan pengusaha, serta tukang (industrialis) dan petani.
3  Ilmu ekonomi
            Ilmu ekonomi juga mengalami kemajuan yang sangat pesat pada masa ini. Pada masa awal pemerintahan dinasti Abbasiyah, perbendaharaan negara mengalami kemajuan yang sangat hebat. Kas negara selalu penuh. Uang masuk lebih banyak dari pada uang yang keluar. Khalifah Al-mansyur benar-benar telah meletakkan dasar-dasar ekonomi dan keuangannegara.
4  Ilmu Pertanian
            Ilmu pertanian turut mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat hebat pada masa dinasti Abbasiyah. Ilmu pertanian sangat diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah juga sangat menghargai kaum petani dan meringankan beban pajak hasil bumi mereka. Bahkan, di beberapa tempat, beban pajak segala dihapuskan. Usaha lain yang dilakukan untuk menunjukan kemajuan ekonomi pertaniannya adalah dengan membuat bendungan, membangun irigasi, menggali kanal, dan pembuatan lahan pertanian baru.
5  Ilmu perindustrian
            Ilmu alam seperti ilmu perbintangan, biologi, fisika, kimia, dan sebagainya sangat menunjang bagi lahirnya ilmu perindustrian. Para khalifah Abbasiyah banyak mencurahkan perhatiannya pada sektor industri ini. Oleh sebab itu, selama berkuasa mereka tidak saja mementingkan sektor pertanian untuk memajukan perekonomian negara, tetapi juga dengan perhatian yang cukup mereka mengembangkan perindustrian negara. Tenaga ahli itu adalah parailmuan dan cendekiawan yang ditugasi oleh pemerintah untuk membimbing masyarakat agar mampu mendirikan home industry. Para khalifah juga menggunakan berbagai sumber tambang  untuk diolah menjadi barang jadi, seperti emas, perak, perunggu, besi, baja, dan lain-lain.
6  Ilmu perdagangan
            Ilmuperdagangan merupakan salah satu keterampilanbawaan bagi bangsa Arab, juga mengalami kemajuan yang sangat signifikan . disamping perhatian yang demikian besar untuk mengembangkan industri dan pertanian, pemerintah abbasiyah juga memberikan perhatian yang sangat besar bagi perkembangan ekonomi perdagangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, para khalifahmenganjurkan para ulama dan cendekiawan untuk membuka jurusan ekonomi perdagangan. Selain itu, upaya konkret juga dilakukan, seperti dengan cara membangun sumur-sumur di tempat-tempat istirahat para khalifah dagang, membangun armada-armada dagang untuk melindungi para pedagang dari perampokan bajak laut, dan membanguntempat-tempat perdagangan baru

B. Tokoh Ilmuwan Muslim Dan  Peranannya Pada MasaBani  Umayyah Sampai Masa Bani Abbasiyah .

      Sepeninggal kepemimpinan Khulafaur Rasyidin , kepemimpinan Islam dipegang oleh dua Dinasti besar yang mengubah bentuk pemerintahan dari system Demokrasi Islam menjadi Teokrasi atau Monarki kerajaan . kedua Dinasti itu adalah Dinasti Umayyah dan Dinasti  Abbasiyah. Dinasti Umayyah berkeuasa KKurang lebih 90 tahun , sedangkan dinasti Abbasiyah berkuasa kurang lebih 5 abab .perkembangan ilmu pengetahuan dinasti itu sangat berbeda ,karena waktu kepemimpinanya berbeda .

           Pada masa dinasti umayyah berkuasa, Ilmu pengetahuan dalam Islam baru mulai berkembang . berbeda dengan masa Dinasti Abbasiyah berkuasa , ilmuy pengetahuan dalam islam telah mencapai puncak kejayaannya . terutama pada masa periode Abbasiyah I dan II. Selama masa itu pula , banyak para tokoh ilmuan yang berperan penting dalam mencapai perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dalam duani Islam.
Tokoh ilmuwan Muslim dan Perannya pada masa Dinasti Umayyah
Selain para Khalifah dinasti Umayyah sendiri , yang turut berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa islam bangsa umayyah adalah ilmuan yang hidup dalam masa itu . kerja keras dan ketekunan mereka membuahkan karya yang sangat bermanfaat,baik bagi kaum muslim pada jaman itu maupun generasi muslim berikutnya. Diantara tokoh ilmuan yang berperan penting memajukan ilmu pengetahuan,sosial,dan seni budaya pada masa dinasti umayyah adalah sebagai berikut.
A. tokoh di bidang seni bahasa dan budaya
1. Nu’man bin Bashir Al Anshari, wafat pada tahun 65H/684M. ia adalah seorang ahli tata bahasa Aab dan seorang penyair keimanan.
2.Ibnu Magfarah Al Hamiri, wafat pada tahun 69H/689 M. ia adalah seorang pakar ilmu bahasa atau linguistic.
3.Miskin ad Damiry, wafat pada tahun 95H/14M.ia adalah seorang pakar ilmu bahasa atau sastra.
4. Al Ahktal wafat pada tahun 111H/730M. ia adalah seorang penyair terkenal di masanya, yang mempunyai diwan atau syair tersendiri.
5.Jarir,wafat pada tanggal 111H/730M. ia juga adalah seorang penyair yang termasyur pada masa itu.
6. Abul Aswad Ad Dualy,wafat pada 98H/716M. ia adalah seorang pakar bahasa Arab , ahli gramatika,dan linguistic arab.
7. Al Farazdaq, wafat pada tahun 90H/709M. ia adalah seorang penyair terkenal.
8. Abu Najm Ar Rajir, wafat pada 130 H/ 748M. ai adalah seorang pakar bahasa dan sastra.
9. A’sya Rabi ‘ah, wafat pada tahun 85H/705M. ia adalah seorang penyair wanita ternama.
10. Ar-Raj, wafat pada tahun 90h/709M. ia adalah seorang pakar bahasa dan sastra.

Ilmu pengetahuan yang berkembang di zaman Daulah zaman Bani Umayyah dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Al Ulumus Syari’ah, yaitu ilmu-ilmu Agama Islam, seperti Fiqih, tafsir Al-Qur’an dan sebagainya.
b.      Al Ulumul Lisaniyah, yaitu ilmu-ilmu yang perlu untuk memastikan bacaan Al Qur’an, menafsirkan dan memahaminya.
c.       Tarikh, yang meliputi tarikh kaum muslimin dan segala perjuangannya, riwayat hidup pemimpin-pemimpin mereka, serta tarikh umum, yaitu tarikh bangsa-bangsa lain.
d.      Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang membahas tentang membaca Al Qur’an.  Pada masa ini termasyhurlah tujuh macam bacaan Al Qur’an yang terkenal dengan Qiraat Sab’ah yang kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan, yaitu cara bacaan yang dinisbahkan kepad acara membacayang dikemukakan oleh tujuh orang ahli qraat, yaitu Abdullah bin Katsir (w. 120 H), Ashim bin Abi Nujud (w. 127 H), Abdullah bin Amir Al Jashsahash (w. 118 H), Ali bin Hamzah Abu Hasan al Kisai (w. 189 H), Hamzah bin Habib Az-Zaiyat (w. 156 H), Abu Amr bin Al Ala (w. 155 H), dan Nafi bin Na’im (169 H).
e.       Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang membahas tentang undang-undang dalam menafsirkan Al Qur’an.  Pada masa ini muncul ahli Tafsir yang terkenal seperti Ibnu Abbas dari kalangan sahabat (w. 68 H), Mujahid (w. 104 H), dan Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Ali bin Husain dari kalangan syi’ah
f.       Ilmu Hadis, yaitu ilmu yang ditujukan untuk menjelaskan riwayat dan sanad al-Hadis, karena banyak Hadis yang bukan berasal dari Rasulullah.  Diantara Muhaddis yang terkenal pada masa ini ialah Az Zuhry (w. 123 H), Ibnu Abi Malikah (w. 123 H), Al Auza’i Abdur Rahman bin Amr (w. 159 H), Hasan Basri (w. 110 H), dan As Sya’by (w. 104 H).
g.      Ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang menjelaskan cara membaca suatu kalimat didalam berbagai posisinya.  Ilmu ini muncul setelah banyak bangsa-bangsa yang bukan Arab masuk Islam dan negeri-negeri mereka menjadi wilayah negara Islam.  Adapun penyusun ilmu Nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya sekarang adalah Abu Aswad Ad Dualy (w. 69 H).  B=Beliau belajar dari Ali bin Abi Thalib, sehingga ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sebagai Bapaknya ilmu Nahwu.
h.      Ilmu Bumi (al- Jughrafia).  Ilmu ini muncul oleh karena adanya kebutuhan kaum muslimin pada saat itu, yaitu untuk keperluan menunaikan ibadah Haji, menuntut ilmu dan dakwah, seseorang agar tidak tersesat di perjalanan, perlu kepada ilmu yang memebahas tentang keadaan letak wilayah.  Ilmu ini pada zaman Bani Umayyah  baru dalam tahap merintis.

B. Tokoh di bidang Ilmu keagamaan.
1. Abdullah Bin Abbas,seorang ahli di bidang ilmu tafsir Al-Qur’an.
2. Ja’far As-Sadiq,seorang ahli ilmu kimiah yang bermukim di mekah.
3. Abdullah Bin Katsir, seorang pakar di bidang qiraat sab’ah dan ahli tafsir Al-Qur’an.tabsi Ibnu Katsir.
4. Ashim Bin Abi Nujud,seorang ahli tafsir dan pakar ilmu qiraatil Al-Qur’an.
5. Ibnu Abas,seorang ahli tafsir dari dari kalangan sahabat terkenal.
6. Ibnu Juraij, seorang pakar ilmu hadis.
7. Ibnu Ishaq,seorang ahli pentakhrij hadis.
8. Malik Bin, Anas seorang ahli hadis.
9. Imam Malik,seorang ahli ilmu pikih dan hadis.
10.Imam syafi’,seorang ahli usul fiqih dan hadis.

C.Tokoh Di Bidang kemiliteran
     Kejayaan Bani Umayyah tak lepas dari peran aktif para tokoh yang hidup pada masa itu,khususnya para tokoh politik dan militer yang dapat mengembangakn dan memajukan bangsa umayyah . beberapa tokoh yang berjasa dalam mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam melalu pendekatan militer pada masa Bani Umayyah antara Lain sebagai berikut .
1. Mu’awiyah bin Abi Sufyan .
prestasi Mu’awiyah yang paling menonjoal adalah pembentukkan angkatan laut bagi tentara dinasti Umayyah , menyusun system pemerintahan yang efektif, dan melakukan perluasan wilayah.
2.Abdul Malik bin Marwan
      Diantara jasa dan karnyanya ialah yang meresmikan bahasa nasional  mengganti mata uang Negara membentuk lembaga Pos dan membentk lembaga peradilan tinggi Negara .
3.Walid bin Abdul Malik
Khalifah ini turyt memajukan bangsa Umayyah di bidang sosial dan kebudayaan, misalnya membangun rumah-rumah sakit , panti-panti jompo dab anak yatim,serta memajukan eni budaya.
 4.Umar bin Abdul Aziz
diantara oeran pentingnya dalam mengembangkan dan memajukan dinasti umayyah ialah upaya diplomatis dalam membenahi setiap persoalan politik , baik di dalam maupun luar negeri .upaya diplomatiknya dapat membuat situasi pemerintahan Bani Umayyah terhindar dari dari peperangan dan menjadi stabil .
5. Hisyam bin Abdul Malik
       peran pentignya adalah di bidang sosial dan kesejahteraan masyarajat . pada masa kekuasaannya banyak di bangun pabrik-pabrik , saluran irigasi dan terusan=terusan untuk mengairi sawah dan lading rakyat.
6. Jendral Qutaibah bin Muslim
        peran pentingnya adalah telah berhasil menaklukkan wilayah samarkhand, Kasyar dan, sebagian wilayah Tiongkok.
7. Jendral Musa bin Nushair
         peran penting yang dilakukannya adalah menguasai benua Afrika ,terutama Afrik Utara dan beberapa wilayah kesekitarnya . setelah diangkat menjdi gubernur Afrika Utara  ia juga dapat menaklukan beberapa wilayah yang masih di kuasai oleh raja-raja barbar dan kekaisaran romawi
8.  Jendral Tarif bin Malik
peran pentingnya adalah memajukan dinasti Umayyah . terutama memperluas wilayah ke daerah Eropa.
9. Jendral thariq bin Ziyad
          Jendral yang sangat beroeran dalam memajukan dinasti Umayyah , terutama dalam memperluas wilayah kedlam daratan Eropa.


10. Yazid bin Muhallab
Gubernur Bukhara , yazid bin Juhallad, turut bereran penting dalam memperluas wilayah kekuasaan Islam di wilayah Asia Tengah. Ia dapat menaklukan wilayah Jurjan, Tabaristan, dan beberapa daerah di tepi laut kaspi.
11. Jendral Ukbah Bin Nafi
Peran pentingnya adalah dapat menaklukkan daera Afrika tengan sampai ke selatan Tunisia.wilayah yang di taklukannya itu, dibangun menjadi sebuah kota militer yang indah dan mungil bernama Qairuwan
12. Jendral Muhammad bin Qasim
             perannya yaitu sangat oenting dalam memperluas wilayah islam ke Benua India. Ia dapat menaklukkan Punjab,Lahor,dan Pakistan secara Gemilang.

2.      Tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan ilmu pengetahuan islampada masa Abbasiyah
      a.       Tokoh ilmuwan yang berperan di bidang ilmu-ilmu alam
1.      Bidang Filsafat
      a.       Abu Ishak Al – kindi, yang mendapat gelar filsuf dari Arab, mengarang kitab berjumlah 231 judul ynang membahas tentang ilmu filsafat, dll.
      b.      Abu Nashr Al Farabi, yang mengarang kitab lebih dari 12 kitab.
      c.       Ibnu Sina, yang membahas kitab-kitab tentang filsafat dan music.
      d.      Ibnu Rusyid
      e.       Abu Hamid Al- Ghazali
2.      Bidang kedokteran
(1) Ibnu Sina
            Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu Ali Al-Husaini bin Abdullah bin Sina. Beliau dibesarkan di lembah Sungai Dajlat dan Furat, di tepi selatan Laut Kaspia. Ketika masih kecil beliau telah hafal Al-Qur’an, menguasai bahasa Arab, serta mendalami ilmu fikih. Ia belajar ilmu Mantik pada seorang guru filsafat, bahkan gurunya terkejut karena kecerdasannya. Pada usia 17 tahun ia telah memahami ilmu kedokteran melebihi siapa pun. Oleh karena itu, beliau diangkat manjadi penasihat para dokter pada masa itu.
(2) Ibnu Rusyd
            Nama asli Ibnu Rusyd adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd. Beliau lahir diujung barat negeri Islam, yaitu Kordoba, Spanyol. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang teguh menegakkan agama dan berpengetahuan luas. Ketika beliau muda, beliau belajar matematika, astronomi, filsafat, dan kedokteran. Di Barat beliau dikenal sebagai ahli dan tokoh dibnidang kedokteran dengan karyanya Al-Kulliyyat yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Atas kepandaiannya inilah maka pada tahun1182 ia diangkat sebagai dokter pribadi khalifah di Maroko.
(3) Ar-Razi
                  Ar-Razi bernama lengkap abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Didunia Barat dikenal dengan nama Rhazes. Beliau Lahir di Ray, dekat Teheran pada tahun 251 H dan wafat apada tahun 320 H. Beliau terkenal sebagai dokter pertama dalam pengobatan secara ilmu jiwa, yakni pengobatan yang dilakukan dengan memberi sugesti bagi para penderita psikomatis
3.      Bidang Astronomi
      a.       Abu ma’syar Al Falaki
      b.      Jabir Al battany
      c.       Raihan Al Bairuny
4.      Bidang sejarah
      a.       Abu Ismail Al Azdy mengarang kitab futunus syaam
      b.      Al Waqidi
      c.       Ibnu Saad
      d.      Ibnu Hisyam
      e.       Abu Abdillah Al-Qazwaini
                Abu Abdillah Al-Qazwaini dilahirkan pada abad ke-7 hijriah. Beliau terkenal sebagai seorang ulama dan ahli dalam bidang sejarah. Kitab yang dikarangnya merupakan kitab terbaik pada masanya dengan judul, Asarul Bilad wa Akhbarul Ibad. Beliau meniliti sesuai dengan judul kitabnya, yaitu tabiat Negara atau daerah dan apa yang terkenal, disamping menyelidiki keadaan penduduk dan kehidupannya. Al-Qazwaini juga telah mendahului ilmu modern dalam rincian ilomiahnya dalam kitabnya itu.
f.       Abu Ar-Raihan Al-Bairuni       
          Al-Bairuni dilahirkan pada tahun 364 m dan hidup 75 tahun. Beliau telah menyusun kitab Al-Atsar Al-Baqiah yang merupakan kitab pertama didunia yang meniliti tentang sejarah, perbedaan bulan, tahun, penanggalan, sebab, dan cara mengistinbatkannya.

5.      Bidang ilmu geografi
      a.       Ibnu Kardazabah
      b.      Ibnu Haik
      c.       Ibnu Fadlan
6.      Bidang ilmu pasti dan farmasi
      a.       Tsabit bin Qurrah Al Hirany
      b.      Abdul WAfa Muhamad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas
      c.       Ibnu Baithar
7.      Bidang ilmu bahasa dan sastra
      a.       Imam Syibawaih
      b.      Abu zakariya Al Farra
      c.       Abu Nawas
      d.      Abu  Tamam
      e.       Al Mutanabby
8.   Biologi
(1) As-Simay
As-Simay adalah seoranmg ahli bologi. Salah satu buku hasil karya beliau yang terkenal adalah Kitabun Nabati wasy Syujjar. Buku ini mengupas masalah biologi, terutama bidang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.
(2) Ibnul Awwan
Ibnul Awwan adalah seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang pertanian. Bukunya yang terkenal adalah Al-Fallah.
(3) Al-Jahiz
Al-Jahiz seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang ilmu hewan. Karyanya yang terkenal adalah Al-Hayawan.
9.  Matematika/Geometri
(1) Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi hidup dari tahun 780 – 850 M. Beliau adalah peletak dasar ilmu matematika dengan karyanya yang terkenal Al-Jabru wal Muqabbala. Dari buku itu kita mengenal ilmu aljabar yang dikenalkan diseluruh dunia, yang kini diubah menjadi matematika.
(2) Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi
Jamsyid hidup pada abad ke-7 di kota Samarkand, salah satu provinsi diUzbekistan. Jamsyid adalah ulama yang sangat pandai dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan. Beliau seorang profesor dalam bidang matematika dan astronomi di Universitas Samarkand. Beliaulah peletak dasar aritmatik yang dilakukan atas dasar slide rule yang dianggap sebagai penemuan ilmiah paling penting dalam matematika.
(3) Sabit bin Qurrah Al-Hirany
Kitab karangannya yang terkenal adalah:
· Hisabul Ahillah
· Kitabul ‘Adad
(4) Ibnu Haitsam
Kitab karangannya yang terkenal adalah:
· Qaulun fi Halli Masalatil ‘Adadiah
· Muqaddimah Dalilul Musaba
· Ta’liqun fil Jabr


      b.      Tokoh ilmuwam muslim dan perannya di bidang ilmu-ilmu keagamaan.
1.      Tokoh ilmu hadis
      a.       Iman bukhari
      b.      Imam Muslim
      c.       Imam Abu Daud
      d.      Imam Turmudzi
      e.       Imam Nasa’i
      f.       Imam Ibnu Majah
      g.      Imam Ahmad bin Hanbal
     
      c.        Tokoh ulama tafsir
      1.      Imam Zamakhsyari
      2.      Imam Abu Sa’id bin Umar Al Baidhawi
      3.      Imam Az-Zajad
      4.      Imam Al Wahidi
      5.      Imam Ibrahim As-Sa’labi
      6.      Imam Muhamad Al Baghadadi
      7.      Imam Al Qurtubi
      8.      Imam Al jashas
      9.      Imam Fakhruddin
      10.  Imam sahal bin Abdullah
      11.  Imam Muhammad Abdul Baqi

      d.      Tokoh ulama fikih
      1.      Imam Abu Hanifah
      2.      Imam malik bin Anas
      3.      Imam syafi’i
      4.      Imam ahmad bin hanbal

      e.       Tokoh ulama tasawuf
      1.      Imam Ali bin Usman Al HUjwiri
      2.      Abul qasim Al Qusyairi
      3.      Muhamad bin Ali At-Tirmidzi
      4.      Imam Al-Ghazali
      Ilmu pengetahuan yang berkembang di zaman Daulah zaman Bani Abbasiyah dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masa dinasti bani abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Para penerjemah tidak hanya menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia, Syiuria tetapi juga mencoba mentransfernya ke dalam bentuk pemikiran. Diantara tokoh yang member andil dalam perkembangan ilmu dan filsafat Islam adalah: Al-Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.
2.      Ilmu Kalam
Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu kalam karena dua factor: pertama, untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat. Kedua, karena semua masalah termasuk masalah agama telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Diantara tokoh ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary, Ghazali, Sajastani dan lain-lain.
3.      Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah pada masa itu telan didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu Sina.
4.      Ilmu Kimia
Ilmu kimia juga termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kaum muslimin. Dalam bidang ini mereka memperkenalkan eksperimen obyektif. Hal ini merupakan suatu perbaikan yang tegas dari cara spekulasi yang ragu-ragu dari Yunani. Mereka melakukan pemeriksaan dari gejala-gejala dan mengumpulkan kenyataan-kenyataan untuk membuat hipotesa dan untuk mencari kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar berdasarkan ilmu pengetahuan diantara tokoh kimia yaitu: Jabir bin Hayyan.
5.      Ilmu Hisab
Diantara ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan abbasiyah adalah ilmu hisab atau matematika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhand asar pemerintahan untuk menentukan waktu yang tepat. Dalam setiap pembangunan semua sudut harus dihitung denga tepat, supaya tidak terdapat kesalahan dalam pembangunan gedung-gedung dan sebagainya. Tokohnya adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi.
6.      Sejarah
Pada masa ini sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu, misalnya sejarah hidup nabi Muhammad. Ilmuwan dalam bidang ini adalah Muhammad bin Sa’ad, Muhammad bin Ishaq
7.      IlmuBumi
Ahli ilmu bumi pertama adalah Hisyam al-Kalbi, yang terkenal pada abad ke-9 M, khususnya dalam studynya mengenai bidang kawasan arab.
8.      Astronomi
Tokoh astronomi Islam pertama adalah Muhammad al-fazani dan dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat yang pergunakan untuk mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazani banyak ahli astronomi yang bermunculan diantaranya adalah muhammad bin Musa al-Khawarizmi al-Farghani al-Bathiani, al-biruni, Abdurrahman al-Sufi.
Selain ilmu pengetahuan umum dinasti abbasiyah juga memperhatikan pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan antara lain:
1.      Ilmu Hadis
Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah imam bukhari, hasil karyanya yaitu kitab al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari. Imam muslim hasil karyanya yaitukitab al-Jami’ al-shahih al-muslim, ibnu majjah, abu daud, at-tirmidzi dan al-nasa’i.
2.      Ilmu Tafsir
      Terdapat dua cara yang ditempuh oleh para mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Pertama, metode tafsir bil ma’tsur yaitu metode penafsiran oleh sekelompok mufassir dengan cara member penafsiran al-Qur’an dengan hadits dan penjelasan para sahabat. Kedua, metode tafsir bi al-ra’yi yaitu penafsiran al-Qur’an dengan menggunakan akal lebih banyak dari pada hadits. Diantara tokoh-tokoh mufassir adalah imam al-Thabary, al-sud’a muqatil bin Sulaiman.
3.      Ilmu Fiqih
Dalam bidang fiqih para fuqaha’ yang ada pada masa bani abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini misalnya, imam Abu Hanifah menyusun kitab musnad al-Imam al-a’dzam atau fiqih al-akbar, imam malik menyusun kitab al-muwatha’, imam syafi’I menyusun kitab al-Umm dan fiqih al-akbar fi al tauhid, imam ibnu hambal menyusun kitab al musnad ahmad bin hambal.
4.      Ilmu Tasawuf
Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat islam, sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Tokoh sufi yang terkenal yaitu Imam al-Ghazali diantara karyanya dalam ilmu tasawuf adalah ihya ulum al-din.







DAFTAR PUSTAKA


SEMOGA BERMANFAAT ^^

0 komentar:

Post a Comment